Thursday 15 March 2012

Home » , » Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

    Model pembelajaran Penemuan Terbimbing merupakan salah satu model yang diterapkan dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran Penemuan Terbimbing merupakan salah satu bagian pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.



    Sebelum membahas model Penemuan Terbimbing. Ada baiknya terlebih dahulu kita tinjau model penemuan murni. Dalam  penemuan murni, menurut Maier dalam (Rahmadi, 2004) disebutnya sebagai “heuristic”, apa yang hendak ditemukan, jalan atau proses semata-mata ditentukan oleh siswa itu sendiri. Metode ini kurang tepat karena pada umumnya sebagian besar siswa butuh pemahaman konsep dasar untuk bisa menemukan sesuatu. Hal ini tentunya terkait erat dengan karateristik pelajaran matematika itu sendiri yang lebih merupakan deductive reasoning dalam perumusannya.

    Menurut Jerome Bruner dalam (Krismanto, 2003), Penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu, proses penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah dan praktek membentuk dan menguji hipotesis. Didalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan.

    Dalam kegiatan pembelajarannya belajar dengan metode pembelajaran Penemuan murni siswa diarahkan untuk menemukan sesuatu, merumuskan suatu hipotesa atau menarik suatu kesimpulan sendiri. Sehingga model penemuan ini memerlukan waktu lebih lama untuk seluruh kelas atau kelompok kecil siswa dalam menemukan suatu objek matematika dari pada menyajikan objek tersebut kepada mereka. Disamping itu sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu. Hal ini terkait erat dengan karakteristik pelajaran matematika yang lebih merupakan deductive reasoning dalam perumusannya (Anwar, 2008). Oleh karena itu jelas bahwa model penemuan ini kurang tepat untuk siswa sekolah dasar maupun lanjutan. Sehingga muncullah model pembelajaran Penemuan Terbimbing.

    Pembelajaran dengan metode penemuan Terbimbing menekankan pada pengalaman-pengalaman belajar yang terpusat pada siswa dan dalam memperoleh pengalaman-pengalaman tersebut guru mengarahkan serta membimbing siswa dengan tahapan yang tepat sehingga hasil akhir berupa pengetahuan yang diharapkan bias dikuasi dengan baik. Sebagaimana di uraikan dalam Kotijah (2005 :33)

    “Metode penemuan merupakan suatu strategi yang unik dan dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Sehingga dapat dikatanan bahwa metode penemuan adalah suatu proses belajar mengajar dengan cara mengarahkan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang perlu diketahui, sehingga informasi itu tidak hanya diberitahukan atau diarahkan saja”.

    Sebagai suatu model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbng siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang dipelajari.

Artikel Terkait :