Tuesday, 7 August 2012

Home » » MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Trianto, 2007: 56). Ada beberapa variasi dalam jenis jigsaw ini. Jigsaw Aronson dikenal dengan jigsaw I (jigsaw orisinal) sedangkan berikutnya dikembangkan oleh Slavin (1980) disebut jigsaw II.
Isjoni (2007: 54) berpendapat bahwa, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa orang anggota dalam suatu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut ke anggota lain dalam kelompoknya (Arends dalam Ningsih, 2005).

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5-6 anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberi kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota tim bertanggungjawab untuk mempelajari materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain (Ibrahim dalam Ningsih, 2005).

Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Di dalam tipe jigsaw, setiap anggota tim bertanggung jawab untuk menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain. Berikut ini ilustrasi yang menunjukkan tim siswa.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya (Isjoni, 2007). Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan guru sebagai pembimbing.  Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk meningkatkan pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif siswa Di dalam model belajar tipe jigsaw meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas tetapi siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas.

Artikel Terkait :